Ulos, Kain Khas Batak
Ulos adalah kain tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, kain Ulos pun sarat dengan arti dan makna.
Sebagian besar masyarakat Tapanuli menganggap kain tenun Ulos adalah perlambang ikatan kasih sayang, lambang kedudukan, dan lambang komunikasi dalam masyarakat adat Batak.
Oleh karena itu, kain tenun Ulos selalu digunakan dalam setiap upacara, kegiatan dan berbagai acara dalam adat Suku Batak. Misalnya, untuk perkawinan, kelahiran anak, punya rumah baru, sampai acara kematian.
Misalnya saja ULOS RAGIDUP . Ulos ini adalah kain tenun yang tertinggi derajatnya. Sebab, pembuatannya sangatlah sulit.
Kain tenun ulos jenis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu 2 sisi yang ditenun sekaligus, dan 1 bagian tengah yang ditenun sendiri dengan motif yang rumit.
Motif Ulos Ragidup ini harus terlihat seperti benar-benar lukisan hidup. Karenanya, ulos jenis ini sering diartikan sebagai ulos yang melambangkan kehidupan dan doa restu untuk kebahagian dalam kehidupan.
Lalu, ada ULOS RAGIHOTANG . Ulos ini derajatnya 1 tingkat di bawah ulos ragidup. Pembuatannya tidak serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos Ragihotang punya arti dan keistimewaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Ulos ini pun sering dipakai dalam upacara adat kematian sebagai pembungkus atau penutup jenazah yang akan dikebumikan. Ulos jenis ini mengartikan bahwa pekerjaan seseorang di dunia ini telah selesai.
Biasanya dipakai oleh orangtua pengantin atau diberikan oleh orangtua pengantin perempuan buat menantunya.
Oleh karena itu, Ulos Sibolang dijadikan sebagai lambang penyambutan anggota keluarga baru.
Ulos Sibolang juga diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal mati suaminya. Ulos ini diberikan sebagai tanda menghormati jasanya yang telah menjadi istri yang baik, sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah menjadi janda.
Makanya, kamu jangan menjadikan kain Ulos sebagai taplak meja atau digunting-gunting menjadi sarung bantal ya, karena itu artinya pelecehan.
Sebaiknya, tempatkan kain tenun Ulos ini pada posisi yang tepat, misalnya disandangkan di bahu sebagai selendang, dililitkan di kepala, atau diikatkan ketat di pinggang.
Nah, selain akan terlihat cantik dan gagah, kamu juga sudah memelihara dan melestarikan hasil kebudayaan Indonesia, lho!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar