Kamis, 08 Maret 2012

sinamot


ASAL USUL SINAMOT

posting oleh : A.P Sibarani
Sekilas saya cerita mengenai sejarah/filosofi asal-muasal “SINAMOT” Pada dasar pengertianya
Boli=Tuhor jadi kalau dibahasa indonesiakan, ya…HARGA. Tapi beda dgn artian harga sesuatu benda,
yg harganya ditentukan, sehingga semua orang berhak atau dapat memilikinya selama dia dapat
memenuhi harga tsb.
Konon ceritanya dulu pola hidup pada umumnya orang Batak yg tinggal di kampung(bonapasogit),
karena rutinitas, pekerjaan sehari-hari dan yg menjadi penghasilan utk kesinambungan hidup adalah
BERTANI (Marhauma). Malangnya (maaf bukan merendahkan) hal tsb yg paling dominan digeluti
Ibu-ibu/Perempuan sehingga persepsi orang Batak khususnya(dijaman itu), ya..bahwa perempuan
urusan dalam Rumah Tangga (ya..lihat aja KTP Ibu-ibu yg tidak punya pekerjana/professi, kalau dulu
IKUT SUAMI sekarang masih mendingan IBU RUMAH TANGGA). Ini secara otomatis menjadi budayakarena kultur.
Nah..konon ceritanya katakanlah si-A(cewek) dapat jodoh/kawin dgn si-B(cowok), artinya si-A ikut
si-B. Karena si-A sudah ikut si-B, sehingga jumlah pekerja di sawah berkurang karena kepergian si-A.
Disini pihak si-B wajib/harus memberikan sebagai pengganti ke pihak si-A terserah Ce/Co. Istilahnya
jolma ganti ni jolma(manusia/orang).
Mungkin karena proces tsb kurang mengena sasaran, dimana penggantinya tidak sesuai dgn kapasitas
yg diganti, tak lama kemudian dirobah menjadi “GAJAH” (dianggap sebagai pengganti). Lama
kelamaan makin langka diganti lagi dgn istilah “GAJAH TOBA”(Horbo). Ini mungkin berlangsung agak
lama, kalau ngak salah dijaman Soekarno, sehingga disaat itu banyak pemuda Batak khususnya
menjadi PANGLATU (Panglima Lajang Tua). Di tahun 70-an jamannya berobah ke rejim Soeharto, dan
banyak perobahan yang bisa diterima masyarakat luas waktu itu. Tidak ketinggalan process budaya yg
menyangkut Adat-Istiadat kitapun ikut arus dan adaptasi, sehingga disaat itulah pengurangan
Panglatu, karena ada satu kelonggaran ; “NA MANGULA PE NA MASUK ADAT DO”.
Ada lagunya yg dinyanyikan duet Joel Simorangkir & Charles Simbolon, judulnya LUANHON DAMANG
(kurang lebih). Jompok hata dohonon(singkatnya), kalau pernah ikut Marhata Sinamot, pihak Paranak
biasanya meminta ke pihak Parboru, supaya jangan terlalu memberatkan sebarapa Sinamot yang akan
disampikan. Jadi sebelum bentuk Sinamot menjadi bilangan/angka dalam bentuk rupiah, pihak Parboru menyampaikan ;
Antong molo na naeng pasahat somba ni uhum, somba ni adat, na gabe si palas roha nami na ma
hamu songon Sinamot ni boru nami, goari hamu sian ni ; sadia godang ma horbo, piga lombu, piga
hoda, piga rantiti mas jala sadia godang ringgit sitio soara.
(Dimana permbicaraan sudah mengarah ke Sinamot, jadi pihak Parboru bertanya/menyampaikan ke
pihak Paranak ; berapa banyak Kerbau, Lembu, Kuda,Mas dan uang, dulu uang berbentuk logam dan
ada yg satuannya ringgit yg bunyinya agak nyaring…?).
Sesuai dgn sikon pihak paranak menjawab, dimana bentuk-bentuk permitaan tadi sudah agak sulit
mengumnpulkan sehingga tidak terpenuhi, pihak Paranak menminta supaya dibulatkan dalam bentuk
ringgit sitio soara(rupiah). Dengan proces yg tadi(mohon kalau kurang pas) itulah yang kita alami
sekarang yg disebut”SINAMOT”. Kira-kira dalam pengertian saya justru sudah lebih simpel dan praktis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar